BAB III PERAN MIMPI DALAM ISLAM

 Bandung, 21 Desember 2021




 

 

1. WAHYU YANG PERTAMA KALI DITERIMA OLEH NABI MUHAMMAD ﷺ  ADALAH MIMPI. 

 

Surah al-'Alaq ayat 1-3 merupakan ayat Alquran pertama yang turun kepada Nabi Muhammad ﷺ. Surah itu disebut juga sebagai ayat Iqra karena mengandung perintah untuk membaca ('Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan'). 

 

Akan tetapi, ayat tersebut ternyata bukanlah wahyu yang pertama kali sampai kepada suami Khadijah binti Khuwailid itu. Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Aisyah RA menuturkan, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi ﷺ adalah mimpi yang baik (alru'ya al-shalihah) ketika beliau tidur. 

 

Berikutnya, pria berjulukan al-Amin itu diberikan oleh ALLAH rasa senang untuk melakukan perenungan atau menyendiri (tahannuts) di dalam Gua Hira. Demikianlah keadaannya, sampai kemudian Malaikat Jibril datang dengan membawa tiga ayat dari awal Surah al-'Alaq. 

 

2. WAHYU SEORANG NABI DISAMPAIKAN MELALUI MIMPI, WAHYU SEORANG RASUL MELALUI MALAIKAT JIBRIL. 

 

Adapun Imam al-Syaukani dalam Fath al-Qadir memberikan definisi yang lebih perinci. Seorang nabi adalah pria yang diberikan wahyu oleh ALLAH ﷻ melalui mimpi atau ilham. Sementara itu, seorang rasul adalah pria yang diberikan wahyu oleh ALLAH ﷻ melalui Malaikat Jibril.  

 

Maka dari itu, Nabi Muhammad ﷺ ketika menerima Surah al-'Alaq di 

Gua Hira itu sudah berstatus sebagai seorang nabi. Kemudian, sejak turunnya ayat Iqra`, maka beliau berstatus sebagai rasul. 

 

Pendapat tersebut diperkuat Imam al-Baihaqi. Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi seorang nabi pada Rabiul Awal berdasarkan wahyu yang diperolehnya melalui mimpi. Enam bulan kemudian, beliau menerima wahyu dalam keadaan terjaga di Gua Hira. 

 

Imam Ibn Hajar al-'Asqalani menuturkan, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ berupa mimpi-mimpi berfungsi sebagai persiapan mental bagi beliau dalam menerima wahyu-wahyu berikutnya, yakni yang melalui Malaikat Jibril yang datang kepadanya dalam keadaan terjaga. 

 

3. MIMPI BEGITU PENTING 

 

Selain itu, permasalahan mimpi adalah persoalan yang juga sering dibahas oleh Nabi kita Muhammad ﷺ. Bila usai mengerjakan shalat subuh, beliau ﷺ menghadap jamaah, kemudian bertanya, "Apakah ada di antara kalian yang mimpi semalam?" (HR. Muslim). 

 

Ini menandakan pentingnya mimpi dalam Islam. Beliau ﷺ menanyakan itu kalau-kalau ada seseorang yang bermimpi dan didalamnya ada berupa petunjuk dari ALLAH ﷻ. Namun, di masa sekarang, topik mimpi ini adalah sesuatu yang tidak terlalu diperhatikan oleh kaum muslimin. Padahal peran mimpi begitu penting dalam sejarah Islam dan kehidupan para Nabi 'alayhim salam. 

 

4. AYAT-AYAT ALLAH ﷻ TENTANG MIMPI 

 

yang menjelaskan tentang mimpi adalah  ﷻ Diantara ayat-ayat ALLAH sebagai berikut:وَإ ذَِ ق  لنَا لكَََ إنََِ رَبَكََ أحََاطََ باِلنَاسَِ  َۗ وَمَا جَعَ لنَا الرُّ ؤيَا الَتِيأرََ ينَاكََ إلََِّ فِ تنَةًَ للِنَاسَِ وَالشَجَرَةََ ا لمَ ل عونَةََ فيِ ا لق  رآنَِ  َۗ  وَ نخَوِّف  ه مَ فَمَا يَزِي د ه مَ إلََِّ  طَ غيَانًا كَبِيرًا

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al–Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (Q.s Al-Isra [17]: 60) 

 

فَلَمَا بَلَغََ مَعَ هَ السَ عيََ قَالََ يَا  بنَيََ إنِِّي أرََىَٰ فِي ا لمَنَامَِ أنَِّي أ ذَبَ حكَفَا ن ظ رَ مَاذَا تَرَىَٰ  َۗ قَالََ يَا أبََتَِ ا فعَلَ  مَا  ت ؤمَ رَ  َۗ 

   ِسَتَجِ دنِي إ نَِ شَاءََ اللَ همِنََ الصَابِرِين

Artinya: ”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya ALLAH kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.s Ash-Shaffat [37]: 102) 

 وَكَذَٰلكََِ يَ جتَبِيكََ رَبُّكََ وَ يعَلِّ مكََ مِ نَ تَأ وِيلَِ ا لأحََادِيثَِ وَ يتمُِّن عِمَتَ هَ عَلَ يكََ وَعَلَىَٰ آلَِ يَ عق وبََ كَمَا أتََمَهَا عَلَىَٰ أبََوَ يكََ مِ نَ قَ ب لُِ برَاهِيمََ 

   ِوَإ سِحَاقََ  َۗ إنََِ رَبَكََ عَليِ مَ حَكِيم

Artinya: “Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.s Yusuf [12]: 6) 

 

Dari beberapa ayat diatas bisa dicermati bahwa mimpi adalah suatu perkara yang dikenal dalam Islam dan lebih dari itu ALLAH ﷻ memberikan beberapa kelebihan kepada Nabi-Nya, yaitu kemampuan untuk menta’wil atau menterjemahkan maksud dari mimpi, salah satunya kepada Nabi Yusuf ‘alayhissalam yang kita kenal memiliki mu’jizat menafsirkan mimpi. 

 

5. SANGSI TENTANG KEBOHONGAN DALAM MIMPI 

 

Dari Ibnu Abbas radhiALLAHu anhuma dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: 

مَ نَ تَحَلَمََ ب حِ ل مَ لَ مَ يَرَ هَ  كلِّفََ أ نََ يَ عقدََِ بَ ينََ شَعِيرَتَ ينَِ وَل نََ يَ فعَلََ وَمَ نَ ا ستَمَعََ إلَِى حَدِيثَِ قَ و مَ وَ ه مَ لَ هَ كَارِ هونََ أ وََ يَفِرُّونََ مِ ن هَ     صبََ فِي أ  ذنِهَِ ا لْ ن كَ يَ ومََ ا لقِيَامَةَِ وَمَ نَ صَوَرََ  صورَةًَ  عذِّبََ وَ كلِّفََ أ نََ يَ نف خََ فِيهَا وَلَ يسََ بِنَافخِ

“Barangsiapa menyatakan sebuah mimpi yang dia tidak bermimpi dengannya maka dia akan dibebani untuk membuat simpul dengan dua helai rambut padahal dia tak akan bisa melakukannya. Barangsiapa yang mencuri dengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka tidak menyukai atau telah menyingkir untuk menghindarinya, maka telinganya akan dialiri cairan tembaga pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menggambar maka dia akan disiksa dan dibebani untuk menghidupkannya padahal dia tidak akan mampu.” (H.R AlBukhari no. 7042) 

 

Hadits ini menandakan akan pentingnya mimpi sehingga orang yang berdusta dengan mengatakan aku bermimpi begini dan begitu padahal ia tidak bermimpi, telah diberikan ancaman dengan hukuman yang sangat berat di akhirat kelak. Ini semakin mempertegas bagi kita bahwa mimpi yang baik yang merupakan satu-satunya kabar kenabian yang tersisa sepeninggal Nabi Muhammad ﷺ kita tercinta ini benar-benar harus dijaga dan terpelihara dari dusta. 

 

6. ORANG YANG DIBERI PETUNJUK DI AKHIR ZAMAN (AL MAHDI), PETUNJUKNYA MELALUI MIMPI. 

 

Sebab Al Mahdi yang berarti “orang yang mendapat petunjuk” ini  kemungkinan besar akan mendapat petunjuk dari ALLAH ﷻmelalui mimpi-mimpi yang baik dan benar sehingga ia menjadi pribadi yang lebih baik dan matang, sebab wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah ﷺ sendiri adalah dalam bentuk mimpi juga untuk menguatkan mental beliau sebelum Qur’an Surah Al Alaq turun di Gua Hira. Dengan kata lain, Al Mahdi kemungkinan besar akan di Islah secara perlahan terlebih dulu oleh ALLAH ﷻ agar ia bersiap-siap sebelum akhirnya di Islah dengan sempurna. 

 

Dari Abu Hurairah radhiALLAHu anhu dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda: 

   ل مََ يَ بقََ مِ نَ النُّ بوَةَِ إلََِّ ا ل مبَشِّرَا تَ قَال وا وَمَا ا ل مبَشِّرَا تَ قَالََ الرُّ ؤيَا الصَالحَِة

“Kenabian tidak ada lagi selain berita-berita gembira.” Para sahabat bertanya, “Apa yang di maksud dengan kabar-kabar gembira?” Nabi shallALLAHu ‘alaihi wasallam menjawab, “Mimpi yang baik.” (H.R AlBukhari no. 6990) 

 

"Rasulullahﷺ suatu saat menyingkap tirai, dan kepalanya dililit (diperban) dengan kain karena sakit -yang akhirnya menyebabkan beliau meninggal dunia- lalu Beliau ﷺ bersabda: 'Ya ALLAH, telah kusampaikan (Beliau mengulanginya tiga kali), sesungguhnya tidak tersisa lagi kabar kenabian kecuali mimpi yang benar, yakni mimpi yang dilihat SEORANG muslim atau diperlihatkan kepada SEORANG hamba.'' [HR Ibn Majah no.1588 & Nasai no.1108, Sahih]. 

 

Hadits Abu Hurairah radhiALLAHu anhu secara marfu’: 

إذَِا ا قتَرَبََ الزَمَا نَ ل مََ تَكَ دَ  ر ؤيَا ا ل م سلمَِِ تَ كذِ بَ وَأ صَدَق  ك مَ  ر ؤيَا أ صَدَق  ك مَ حَدِيثًا وَ ر ؤيَا ا ل م سلمَِِ  ج ز ءَ مِ نَ خَ م سَ وَأ رَبَعِينََ  ج زءًا مِ نَ النُّ بوَةَِ وَالرُّ ؤيَا ثَلَاثَ ةَ فَ ر ؤيَا الصَالحَِةَِ  ب شرَى مِ نَ اللََِ وَ ر ؤيَا تَ حزِي نَ مِ نَ الشَ يطَانَِ وَ ر ؤيَا مِمَا  يحَدِّ ثَ ا لمَ ر ءَ نَ فسَ هَ 

   ِفَإ نَِ رَأىَ أحََ د ك مَ مَا يَ كرَ هَ فَ ليَق  مَ فَ ل يصَلَِّ وَلََّ  يحَدِّ ثَ بِهَا النَاس

“Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan orang yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling benar ucapannya. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari 45 macam nubuwwah (wahyu (HR. Muslim no. 4200) 

 

Kesimpulan: Dari semua keterangan diatas tidak diragukan lagi betapa peran mimpi dalam Islam sangatlah penting sebagai salah satu cara diantara cara-cara yang ALLAH ﷻ Kehendaki dalam menyampaikan pesan, petunjuk serta JALAN KELUAR kepada orang-orang yang Dia Kehendaki. 





Komentar

Postingan